Ilmu Pengetahuan

Selamat Datang di Blog Daniy Jutek :D

Rabu, 30 Oktober 2013

Pengaruh Televisi Terhadap Anak-Anak


Pengaruh Televisi Terhadap Anak-Anak

Televisi atau TV adalah barang yang sangat mudah sekali kita jumpai di setiap rumah. Mulai dari rumah-rumah di perkotaan sampai dengan rumah-rumah di pedesaan bahkan di pelosok-pelosok. Tidak sampai di situ saja, namun TV sudah banyak juga TV yang telah kita jumpai di kamar-kamar anak-anak kita da di berbagai tempat-tempat umum. Hal ini terjadi karena media TV adalah media massa yang sangat murah sekaligus enak untuk dinikmati. Di sana ada berbagai program yang disajikan, mulai dari berita di tingkat daerah, di seluruh Indonesia, sampai di manca negara, berbagai hiburan anak, berbagai kuis, berbagai informasi masak-memasak, berbagai hiburan musik, berbagai sinetron orang dewasa sampai dengan gosip seputar artis ada di sana. Sehingga semua tayangan kesayangan anak-anak, remaja sampai orang tua pun dapat dinikmati di sana.
Melihat respon positif dari masyarakat ini pun membuat para pengelola stasiun TV berlomba-lomba untuk menghadirkan program-program yang semenarik mungkin dan adanya penambahan jam tayang. Masyarakat pun akhirnya semakin terbuai dengan tayangan-tayangan atau program-program yang ada. Semua orang pun sekarang semakin menyayangi TV baik orang tua maupun anak-anak.
Tetapi kenyataan yang terjadi di masyarakat justru sebaliknya, karena kegemaran para orang tua terhadap TV ini pun orang tua sepakat-sepakat saja terhadap kegemaran anak-anak menonton TV. Bahkan tidak sedikit orang tua yang justru mengajari anak-anaknya untuk gemar nonton TV. Sejak masih bayi anak-anak sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk nonton TV. Sungguh miris…
Perlu dipahami bahwa tidak setiap program atau tayangan di TV baik untuk kita maupun anak kita. Bahkan sebagian besar sangat berdampak buruk bagi anak kita, walaupun ada segi positif yang diperoleh dari sana, namun hanya sedikit sekali dan tidak sebanding dengan dampak negatif yang mereka dapatkan. Perlu kita waspadai jika kita melihat anak kita gemar nonton TV.
TIDAK hanya obesitas atau berat badan yang berlebihan, ternyata TV juga memberikan pengaruh yang lebih buruk terhadap kesehatan anak-anak. Penelitian baru menemukan bahwa kebiasaan menonton TV pada anak ternyata juga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi yang nantinya memperbesar resiko penyakit jantung ketika mereka dewasa.
Menurut penelitian yang merupakan kerja antara para peneliti Amerika dan Spanyol ini, anak-anak yang memiliki kebiasaan menonton TV selama 90 sampai 330 menit sehari ternyata memiliki tekanan darah sistol dan diastol 5 sampai 7 poin lebih tinggi dibandingkan dengan anak-anak yang hanya menonton TV kurang dari 1,5 jam sehari. Anak-anak dalam penelitian ini rata-rata berusia 3 sampai 8 tahun.
American Academy of Pediatrics sendiri sebelumnya telah merekomendasikan bahwa anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun seharusnya tidak boleh menonton TV sama sekali, sementara itu bagi anak-anak berusia di atasnya hanya dianjurkan untuk menonton TV selama 1 sampai 2 jam sehari, seperti dikutip news yahoo belum lama ini.
Jadi, kenapa menonton TV dapat meningkatkan tekanan darah anak-anak?
Sang peneliti mencoba memberikan beberapa penjelasan, diantaranya kebiasaan menonton TV sering diikuti dengan menikmati cemilan yang tidak sehat terutama yang mengandung banyak garam yang dapat meningkatkan tekanan darah. Dan biasanya makanan-makanan ini dapat habis dalam waktu yang lebih cepat ketika dilakukan sambil menonton TV.
Selain itu, kebiasaan menonton TV yang dilakukan dengan waktu tidur dapat membuat pikiran anak tetap terstimulasi, cukup untuk membuat mereka terjaga dan kehilangan waktu tidurnya yang berharga sebanyak beberapa jam. Menurut penelitian terdahulu, pemotongan terhadap waktu tidur yang baik dapat mengarah kepada meningkatnya berat badan dan resiko hipertensi, karena metabolisme tubuh tidak memiliki cukup kesempatan untuk bekerja memperbaiki diri.
Isi dari tayangan TV juga memiliki pengaruh buruk jangka panjang terhadap kesehatan anak. Di usia di mana anak sedang membentuk kebiasaan pola makan mereka, iklan-iklan TV yang kebanyakan menayangkan makanan yang tidak sehat dapat berpengaruh besar terhadap pola makan mereka dan akan melekat dalam pikiran mereka sampai beranjak dewasa.
 Adapun dampak-dampak buruk nonton TV bagi anak kita diantaranya:
1. Berpengaruh terhadap perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia 0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan membaca-verbal maupun pemahaman.
2. Mengurangi kreativitas
Dengan kebiasaan nonton TV ini anak-anak terbiasa menikmati program kesayangan mereka, yang mengakibatkan kurang melakukan aktivitas-aktivitas yang lain. Aktivitas mereka cenderung monoton nonton TV saja. Hal ini yang mengakibatkan kreativitas mereka berkurang. Daya imajinasi dan nalar mereka akan terbatasi.
3. Mengurangi konsentrasi
Program-program bagi anak yang ada semuanya telah ter jeda-jeda dengan iklan inilah yang mengakibatkan konsentrasi anak berkurang. Mereka cenderung konsentrasi sekitar 10 menit karena terbiasa dengan menonton program yang berjeda dari iklan-iklan tersebut.
4. Mengurangi motivasi belajar
Anak-anak yang keasyikan nonton TV cenderung meremehkan dan kurang semangat untuk belajar. Karena mereka terlanjur suka dengan program kesayangan mereka, sehingga enggan untuk meninggalkannya walaupun esok harinya mereka harus menghadapi tes atau ulangan. Bahkan sebagian anak sering bergadang untuk menonton program kesayangan mereka.
5. Berpengaruh terhadap sikap
Program-program yang ditayangkan ini menampilkan tokoh-tokoh yang protagonis dan antagonis. Tetapi seringnya yang diserap oleh anak-anak dan ditiru oleh mereka adalah tokoh-tokoh protagonisnya. Selanjutnya mereka menerapkannya di lingkungan keluarga atau pergaulan mereka. Dan hal ini jika dilanjutkan terus akan terbawa sampai mereka dewasa.
6. Mendorong anak menjadi konsumtif
Dengan berbagai iklan yang disuguhkan di layar TV ini mengakibatkan anak-anak berperilaku komsumtif. Karena iklan-iklan yang tersaji sangat meyakinkan dan menggiurkan.  Ini sangatlah kurang baik bagi anak-anak, karena hal ini akan terbawa sampai mereka dewasa yang mengakibatkan mereka kurang berpeluang untuk menjadi produsen alias wirausaha. Bahkan sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia seluruhnya yang cenderung untuk komsumtif.
7. Melatih untuk malas dan enggan
Dengan produk-produk iklan yang serba instan dan banyaknya waktu mereka yang dihabiskan di depan TV ini membuat mereka untuk menjadi manusia yang praktis. Praktis untuk melakukan segala sesuatu dengan instan sehingga mereka cenderung malas dan enggan untuk melakukan aktivitas.
8. Membentuk pola pikir yang praktis
Terlalu sering menonton TV dan tidak pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi, intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
9. Matang secara seksual yang lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Bahkan tidak sedikit pula adegan seksual atau semi porno yang ditayangkan di program atau acara hiburan anak-anak. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya. Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis yang semakin ketat antar Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral & etika.
10. Tidak baik buat kesehatan
Terlalu banyak nonton Tv ini membuat anak untuk enggan berolahraga, karena waktu senggang yang seharusnya bisa digunakan untuk olahraga diisi dengan menonton TV. Kebiasaan mereka duduk atau pun berbaring terlalu lama yang tidak diimbangi dengan olahraga ini juga akan menurunkan metabolisme yang berakibat pada kesehatan tubuh. Selain itu kebiasaan menonton TV dengan jarak yang terlalu dekat ini pun juga akan merusak mata.
Dengan berbagai dampak buruk bagi anak kita tersebut seharusnya membuat kita semakin waspada dan berhati-hati terhadap TV.
Televisi hadir sebagai sarana untuk hubungan dan komunikasi antar manusia. Sebenarnya televisi memiliki beberapa fungsi, yaitu :
1) Fungsi rekreatif
Pada dasarnya fungsi televisi adalah memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk yang membutuhkan hiburan.
2) Fungsi educatif
Selain untuk menghibur, televisi juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang ditampilkan.
3) Fungsi informative
Televisi dapat mengerutkan dunia dan menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.
Ironisnya kini yang sering kita jumpai, acara-acara televisi lebih mementingkan pada fungsi informatif dan rekreatif saja, sedangkan fungsi educatif yang merupakan fungsi yang sangat penting untuk disampaikan sangat jarang ditemui.
Anak-anak dan televisi adalah dua komponen yang susah dipisahkan. Mereka adalah perpaduan yang sangat kuat. Tak banyak hal lain dalam kebudayaan manusia yang mampu menandingi kemampuan televisi dalam menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta perilaku mereka.
Begitu pula minat mereka dengan televisi. Mereka menganggap televisi lebih menyenangkan dari pada belajar dan mendengarkan nasehat orang tua. Mereka merasa terlayani dengan adanya televisi. Dengan adanya televisi anak-anak akan melupakan kesulitannya, dengan adanya televisi mereka gunakan untuk mengisi waktu, mempelajari sesuatu, memberikan rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan sekedar kebiasaan. Kebiasaan menonton televisi bagi anak sebenarnya kurang baik. Banyak sekali tayangan yang disajikan oleh stasiun televisi yang tidak mendidik. Bahkan tak jarang ditemui acara-acara yang berbahaya bagi anak. Sering sekali ditayangkan dalam televisi acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas ditonton oleh anak, tidak hormat kepada orang tua, gaya hidup yang hura-hura.
Konflik dengan orang tua, perkelahian sesama anak, dan kejahatan remaja ternyata erat hubungannya dengan jumlah jam menonton televisi. Bagi anak yang sejak usia dini telah menonton tayangan mistis, kelak akan tumbuh menjadi orang yang penakut dan dan ia akan mengambil keputusan berdasarkan emosi. Menonton televisi juga dapat mengurangi kemampuannya untuk menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuannya untuk mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif.
Di bawah ini dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
1. tahun 2002 jam tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun, sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
2. 85% acara televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. saat ini ada 800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.
4. 40 % waktu tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh di atas rata-rata dunia 561 iklan/minggu.
Berdasarkan data di atas, dapat dibayangkan apabila anak-anak yang merupakan aset-aset bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal dan akhirnya akan menjadi negara yang akan dilecehkan oleh negara lain. Inilah fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi perlu dilakukan tindakan nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu-kesatuan tekat dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengatisipasi dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi.
Jika kita kaji lebih jauh, dampak negatif dari menonton televisi berlebihan yaitu:
  1. Anak 0–4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.
  2. Anak 5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan. Anak kecil belum mampu membedakan dunia yang ia lihat di TV dengan kenyataan yang sebenarnya. Seorang anak kecil belum dapat mengenal dan mengetahui apakah itu acting, efek film, atau tipuan kamera. Bagi mereka, dunia di luar rumah adalah dunia seperti yang mereka lihat di televisi.
  3. Berperilaku konsumtif karena rayuan iklan. Iklan merupakan salah satu bentuk promosi untuk menawarkan produk kepada masyarakat. Sekarang ini semakin banyak iklan yang menawarkan berbagai produk dari mainan anak, jajanan, minuman, dan sebagainya. Iklan-iklan tersebut memberikan janji yang sangat menarik bagi sebagian besar anak. Sehingga anak selalu berusaha memiliki produk yang ditawarkan oleh iklan tersebut.
  4. Mengurangi kreativitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis dan sendiri. Saat menonton televisi, anak kurang beraktivitas, hanya duduk di depan televisi dan melihat apa yang ditayangkan televisi. Baik secara fisik maupun mental, anak menjadi pasif. Kemampuan berpikir dan kreativitas anak tidak terasah, karena ia tidak perlu membayangkan atau berimajinasi layaknya ketika ia sedang membaca buku atau mendengar musik. Kecanduan menonton TV akan bermasalah ketika ini mengakibatkan anak menjadi tidak bermain ke luar rumah dengan lingkungan sekitar. Ia menjadi tidak bersosialisasi da dunianya tidak bertambah luas.
  5. Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain.
  6. Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga. Menonton televisi kebanyakn merupakan kegiatan yang pasif dimana anak hanya duduk, melihat dan mendengarkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan anak dapat menjadi gemuk karena mereka biasanya menonton televisi disertai dengan makan cemilan.
  7. Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cenderung berdiam diri karena asyik dengan jalan pikiran masing-masing
  8. Matang secara seksual lebih cepat. Asupan gizi yang bagus, adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditambah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semakin menjerumuskan anak.
  9. Penambahan kosakata pada anak. Anak cenderung meniru adegan atau ucapan yang sering mereka jumpai di televisi. Padahal saat ini banyak sekali bahasa dan umpatan yang tidak disensor dan ditirukan oleh anak. Ironisnya, bahasa dalam film atau sinetron malah dijadikan trend.
Saat ini, anak bukan hanya menjadi penikmat televisi, tetapi juga menjadi pemeran dalam tayangan di televisi. Marak sekali film atau sinetron yang menjadikan seorang anak kecil menjadi pemeran utama. Anak kecil yang seharusnya masih bermanja-manja pada orang tua dan bermain malah dipaksa untuk berakting siang malam. Banyak kata-kata dan adegan-adegan yang seharusnya belum dapat diterapkan kepada anak usia tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada perkembangan anak di kemudian hari.
Upaya yang Harus Dilakukan untuk Meminimalisasi Adanya Pengaruh Buruk Media Televisi terhadap Perkembangan Anak
Orang tua adalah sosok yang sangat penting dalam perkembangan anak. Orang tua adalah guru terpenting bagi anak-anak. Mereka harus mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hal sekecil apapun harus diantisipasi oleh orang tua mengenai dampak positif dan negatif yang dapat diterima anak. Begitu juga dengan adanya televisi yang bukan hanya memberikan dampak positif, namun juga dampak negatif. Untuk menghindari dampak negatif dari televisi bukan dengan cara membuang dan menjauhkan anak dari televisi. Hanya saja perlu pengontrolan dari orang tua sebagai orang yang paling dekat dengan anak. Sebagaimana kata Kahlil Gibran kalau orang tua itu adalah busur dari anak panah kehidupan putra-putrinya untuk melesat ke masa depan. Karena anak-anak juga mendambakan kehidupannya sendiri.
Ada beberapa cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh buruk media televisi terhadap perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan oleh orang tua, antara lain :
  1. Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.
  2. Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.
  3. Orang tua harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton , ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.
  4. Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan beralih ke televisi.
  5. Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru.
  6. Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko buku atau perpustakaan.
  7. Perbanyak anak mendengar radio atau mendengar musik sebagai pengganti menonton televisi.
  8. Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan.
  9. Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil.
  10. Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama yang harus selalu diterapkan dan ditumbuhkan di rumah dengan cara mengikutsertakan anak ke suatu pendidikan keagamaan di luar jam sekolah, agar anak-anak mampu berpikir jernih, punya rencana dan masa depan yang baik.

 

3 komentar: