Ilmu Pengetahuan

Selamat Datang di Blog Daniy Jutek :D

Senin, 31 Maret 2014

Sejarah Lahirnya Pancasila


Pancasila merupakan sebuah ideologi yang menjadi dasar negara kita yaitu Indonesia. Secara tata bahasa (etimology) kata pancasila berasal dari bahasa sansekerta yaitu pañca berarti lima dan śīla berarti prinsip atau asas. Maka bisa dikatakan bahwa Pancasila adalah 5 asas yang dijadikan pedoman berbangsa dan bernegara di Indonesia.
Menurut sejarah pancasila, sebelum Pancasila resemi dijadikan sebagai dasar negara, seperti sekarang ini pancasila telah mengalami penyesuaian pada masa perumusanya. Saat masa itu terdapat usulan-usulan pribadi yang dikemukakan dalam Badan Penyelidik Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) yaitu :
  • Lima Dasar oleh Muhammad Yamin. Lima dasar tersebut disampaikan dalam pidatonya pada tanggal 29 Mei 1945. Adapun 5 dasar yang beliau ungkapkan adalah sebagai berikut: Peri Kebangsaan, Peri Kemanusiaan, Peri Ketuhanan, Peri Kerakyatan, dan Kesejahteraan Rakyat. M Yamin menyatakan bahwa dasar tersebut bersumber dari sejarah, peradaban, agama, dan ketatanegaraan yang memang sudah berkembang di Indonesia.  Akan tetapi, Mohammad Hatta dalam memoarnya meragukan pidato Yamin tersebut.
  • Panca Sila oleh Soekarno yang disampaikanya pada tanggal 1 Juni 1945 pada pidato spontannya. Pidato tersebut yang kemudian dikenal dengan judul “Lahirnya Pancasila“. Adapun dasar-dasar negara yang di ungkap oleh Soekarno adalah sebagai berikut: Kebangsaan, Internasionalisme, Mufakat, dasar perwakilan dasar permusyawaratan, Kesejahteraan, Ketuhanan.
Nama Pancasila sendiri pertamakali di ungkapkan oleh Soekarno pada pidatonya 1 Juni itu, berikut kutipanya:
Sekarang banyaknya prinsip: kebangsaan, internasionalisme, mufakat, kesejahteraan, dan ketuhanan, lima bilangannya. Namanya bukan Panca Dharma, tetapi saya namakan ini dengan petunjuk seorang teman kita ahli bahasa – namanya ialah Pancasila. Sila artinya azas atau dasar, dan diatas kelima dasar itulah kita mendirikan negara Indonesia, kekal dan abadi.
Setelah Rumusan Pancasila diterima sebagai dasar negara hal tersebut pun diikuti dengan pengokohanya melalui dokumen resmi sebagai berikut:
  1. Rumusan Pertama : Ditetapkan melalui Piagam Jakarta (Jakarta Charter)  pada tanggal 22 Juni 1945
  2. Rumusan Kedua : Ditetapkan pada Pembukaan Undang-undang Dasar [pada tanggal 18 Agustus 1945
  3. Rumusan Ketiga : Ditetapkan pada Mukaddimah Konstitusi Republik Indonesia Serikat pada tanggal 27 Desember 1949
  4. Rumusan Keempat : Ditetapkan pada Mukaddimah Undang-undang Dasar Sementara pada tanggal 15 Agustus 1950
  5. Rumusan Kelima : Rumusan Kedua yang dijiwai oleh Rumusan Pertama (merujuk Dekrit Presiden 5 Juli 1959)
 Rumusan pancasila ini akhirnya menetapkan 5 sila dalam pancasila yaitu :
  1. Ketuhanan yang Maha Esa
  2. Kemanusiaan yang adil dan beradab
  3. Persatuan Indonesia
  4. Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan/perwakilan
  5. Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia
Hari Kesaktian Pancasila

Berdasarkan sejarah pancasila sebagai dasar negara, setelah Pancasila resmi dijadikan sebagai dasar negara ternyata kekuatan pancasila sebagai dasar negara pun akhrinya menghadapi ujian. Ujian tersebut terjadi pada tanggal 30 September 1965, dimana terjadi gerakan Gerakan 30 September (G30S). Pada kejadian tersebut memicu perdebatan para akademisi tentang siapa penggagas dibalik gerakan tersebut. Akan tetapi kelompok otoritas militer dan kelompok religi telah menyebarkan kabar bahwa hal tersebut merupakan upaya PKI yang berusaha merubah dasar negara yaitu “Pancasila” jadi ideologi komunis. Akhirnya terjadilah pembubaran gerakan tersebut dan berakhir dengan pembantaian sepanjang tahun 1965 – 1966. Pemerintah orde baru yang mengambil alih kekuasaan menjadikan peringatan gerakan G30S pada 30 September dan tanggal 1 Oktober sebagai “Hari kesaktian pancasila”.

Teori dalam Penyimpangan : Teori Sosialisasi


TEORI SOSIALISASI
Perilaku menyimpang ialah perilaku yang tidak sesuai dengan norma dan nilai yang dianut oleh masyarakat atau kelompok. Perilaku menyimpang disebut nonkonformitas. Perilaku yang tidak menyimpang disebut konformitas, yaitu bentuk interaksi seseorang yang berusaha bertindak sesuai dengan norma dan nilai yang berlaku dalam masyarakat. Dalam kenyataan kehidupan sehari-hari, tidak semua orang bertindak berdasarkan norma-norma dan nilai sosial yang berlaku dalam masyarakat.
Norma dan nilai bersifat relatif dan mengalami perubahan dan pergeseran. Suatu tindakan di masa lampau dipandang sebagai penyimpangan, tetapi sekarang hal itu dianggap biasa. Contoh, dahulu seorang anak apabila diberi nasihat oleh orang tuanya, hanya menunduk saja. Akan tetapi, anak sekarang ketika berinteraksi dengan orang tuanya bisa mengemukakan pendapatnya. Begitu pula ketentuan-ketentuan sosial di dalam suatu masyarakat berbeda, dengan ketentuan-ketentuan sosial di dalam masyarakat lain. Akibatnya, tindakan yang bagi suatu masyarakat merupakan penyelewengan, bagi masyarakat merupakan suatu tindakan yang biasa. Umpamanya: Masyarakat patrilineal tidak membolehkan perkawinan yang masih bersaudara, tetapi dalam masyarakat lainnya bisa dilaksanakan. Hal itu berarti bahwa norma dan nilai bersifat relatif.
Perilaku menyimpang dipengaruhi oleh kondisi lingkungan dan kehidupan sosial dalam masyarakat. Pada masyarakat tradisional, proses penyesuaian sangat kuat. Dalam masyarakat pedesaan, tradisi dipelihara dan dipertahankan. Warga desa cenderung tidak mempunyai pemikiran lain, kecuali menyesuaikan diri dengan norma-norma yang berlaku, yaitu berdasarkan ukuran yang telah dijalankan oleh nenek moyangnya.
Masyarakat perkotaan mempunyai kecenderungan berupa menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang ada. Dengan globalisasi, komunikasi, informasi, dan teknologi, masyarakat kota dimungkinkan melakukan penyimpangan yang lebih besar dibandingkan dengan masyarakat desa. Hal ini ter adi karena setiap individu kurang saling mengenal dan kurang adanya interaksi, sehingga mereka tidak tabu urusan orang lain. Kontrol sosial dalam masyarakat pedesaan tidak dapat diterapkan di masyarakat perkotaan.
Teori-teori umum tentang penyimpangan berusaha menjelaskan semua contoh penyimpangan sebanyak mungkin dalam bentuk apapun (misalnya kejahatan, gangguan mental, bunuh diri dan lain-lain). Berdasarkan perspektifnya penyimpangan ini dapat digolongkan dalam dua teori utama. Perpektif patologi sosial menyamakan masyarakat dengan suatu organisme biologis dan penyimpangan disamakan dengan kesakitan atau patologi dalam organisme itu, berlawanan dengan model pemikiran medis dari para psikolog dan psikiatris. Perspektif disorganisasi sosial memberikan pengertian pemyimpangan sebagai kegagalan fungsi lembaga-lembaga komunitas lokal. Masing-masing pandangan ini penting bagi tahap perkembangan teoritis dalam mengkaji penyimpangan.
Teori-Teori Sosiologi tentang Perilaku Menyimpang
Teori sosiologi atau teori belajar memandang penyimpangan muncul dari konflik normatif di mana individu dan kelompok belajar norma-norma yang membolehkan penyimpangan dalam keadaan tertentu. Pembelajaran itu mungkin tidak kentara, misalnya saat orang belajar bahwa penyimpangan tidak mendapat hukuman. Tetapi pembelajaran itu bisa juga termasuk mangadopsi norma-norma dan nilai-nilai yang menetapkan penyimpangan diinginkan atau dibolehkan dalam keadaan tertentu. Teori Differential Association oleh Sutherland adalah teori belajar tentang penyimpangan yang paling terkenal. Walaupun teori ini dimaksudkan memberikan penjelasan umum tentang kejahatan, dapat juga diaplikasikan dalam bentuk-bentuk penyimpangan lainnya. Sebenarnya setiap teori sosiologis tentang penyimpangan mempunyai asumsi bahwa individu disosialisasikan untuk menjadi anggota kelompok atau masyarakat secara umum. Sebagian teori lebih menekankan proses belajar ini daripada teori lainnya, seperti beberapa teori yang akan dibahas pada Bab berikutnya.
Pandangan dasar teori sosialisasi adalah bahwa penyimpangan sosial merupakan produk dari proses sosialisasi yang kurang sempurna atau gagal.
Menurut Albert Bandura dan Richard H. Walters misalnya, anak-anak belajar perilaku menyimpang dengan mengamati dan meniru orang lain yang memiliki perilaku menyimpang. Khususnya, mereka mengamati dan meniru orang yang dekat dengannya.
Selanjutnya, menurut Deborah M. Capaldi dan Gerald M. Peterson, anak-anak yang agresif umumnya berasal dari keluarga yang orang tuanya terlalu keras dan agresif. Akibatnya, anak kehilangan teladan pengendalian diri dan mungkin menanggapi hukuman dengan meningkatkan agresi. Intinya, perilaku menyimpang dihasilkan oleh proses sosialisasi yang sama dengan perilaku itu.
Sementara itu, menurut Mark S. Gaylord dan john F. Galliher serta Edwin Sutherland, orang yang memiliki perilaku menyimpang cenderung memiliki ikatan sosial dengan orang lain yang memiliki perilaku menyimpang, dimana orang tersebut mengokohkan norma-norma dan nilai-nilai yang menyimpang. Prinsipnya, setiap kelompok sosial akan mewariskan nilai-nilai dan norma-norma kelompoknya kepada anggota-anggota baru.
Kaum muda pada umumnya sangat terbuka terhadap norma, perilaku, dan nilai-nilai yang berasal dari subkultur berbeda, termasuk subkultur perilaku menyimpang. Karena itu, menurut Ronald R. Akers perilaku teman-teman dekat merupakan sarana yang paling baik untuk memprediksi apakah perilaku seorang anak muda sesuai dengan norma yang berlaku ataukah perilaku menyimpang.
Teori ini menghubungkan penyimpangan dengan ketidak mampuan untuk menghayati nilai dan norma yang dominan di masya-rakat. Ketidakmampuan mungkin disebabkan oleh sosialisasi dalam kebudayaan yang menyimpang.
Teori Sosialisasi menyatakan bahwa seseorang biasanya menghayati nilai-nilai dan norma-norma dari beberapa orang yang dekat dan cocok dengan dirinya. Jadi, bagaimanakah seseorang menghayati nilai-nilai dan norma-norma sosial sehingga dirinya dapat melahirkan perilaku menyimpang…...????? Ada dua penjelasan yang dapat di kemukakan. Pertama, Kebudayaan khusus yang menyimpang, yaitu apabila sebagian besar teman seseorang melakukan perilaku menyimpang maka orang itu mungkin akan berperilaku menyimpang juga. Sebagai contoh, beberapa studydi Amerika, menunjukkan bahwa di kampung-kampung yang berantakan dan tidak terorganisir secara baik, perilaku jahat merupakan pola perilaku yang normal (wajar).
Teori ini menyatakan bahwa perilaku menyimpang timbul sebagai akibat adanya gangguan terhadap proses penghayatan atau sosialisasi nilai-nilai atau norma-norma masyarakat.
Teori sosialisasi dibagi dalam tiga cabang pemikiran, yaitu sebagai berikut:
a.       Teori transmisi budaya
Perilaku menyimpang akan muncul jika seseorang melakukan penghayatan (sosialisasi) tentang nilai atau perilaku dari orang yang dianggap cocok.
b.      Kebudayaan khusus yang menyimpang
Apabila sebagian besar anggota masyarakat merupakan pelaku penyimpangan, maka anggota yang lain pun akan menjadi penyimpang. Perilaku menyimpang yang dilakukan secara berulang-ulang akan menjadi suatu kebiasaan dan menjadi hal yang wajar, dan akhirnya menjadi kebudayaan bagi masyarakat yang bersangkutan.
c.       Asosiasi defferensial
Seseorang berperilaku menyimpang apabila pola-pola perbuatan menyimpang itu lebih wajar atau lebih dihargai dalam lingkungan sosialnya.

Selasa, 25 Februari 2014

Makalah "Manusia Sebagai Makhluk Hidup"


BAB I
PENDAHULUAN


1.1  Latar Belakang

          Manusia adalah makhluk yang tidak dapat hidup dengan sendiri. Manusia diciptakan oleh ALLAH SWT sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama lain. Di dalam kehidupannya manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Hal ini merupakan salah satu kodrat manusia yang selalu ingin berhubungan dengan manusia lain.
          Kita tidak bisa seenaknya melakukan hal-hal menurut keinginan kita sendiri itu karena kita adalah makhluk sosial. Hidup tanpa bantuan dari orang lain tidak akan bisa berjalan dengan baik dan tidak akan bisa tercapai. Sering kita lihat dan mungkin kita alami betapa sulitnya kita tanpa ada teman yang bisa membantu dan menemani kita, kita tidak akan bisa berinteraksi dan bersosialisasi. Makhluk individu dan makhluk sosial sangat berkaitan erat dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu, betapa pentingnya peranan masyarakat di sekitar kita.
          Pada dasarnya manusia adalah sebagai makhluk individu yang unik, berbeda antara yang satu dengan lainnya baik secara fisik maupun psikis. Secara individu juga, manusia ingin memenuhi kebutuhannya masing-masing, ingin merealisasikan diri atau ingin dan mampu mengembangkan potensi-potensinya masing-masing. Hal ini merupakan gambaran bahwa setiap individu akan berusaha untuk menemukan jati dirinya masing-masing.

1.2 Rumusan Masalah

          Berdasarkan latar belakang masalah diatas, penulis merumuskan rumusan makalah sebagai berikut:
a.       Apa pengertian manusia menurut ilmu psokologi ?
b.      Apa-apa saja ciri-ciri manusia sebagai makhluk hidup ?
c.       Apa saja sifat manusia sebagai makhluk hidup?
d.      Bagaimana manusia mengembangkan diri nya sebagai makhluk hidup?

1.3 Tujuan Makalah
         
          Makalah ini ditulis agar penulis dan pembaca mampu mempelajari tentang manusia sebagai makhluk hidup dan memahami arti manusia sebagai makhluk hidup dalam kehidupan sehari-hari.

1.4 Manfaat Makalah


1.      Bagi penulis, yaitu sebagai wahana penambahan pengetahuan dan konsep keilmuan khususnya tentang manusia sebagai makhluk hidup.
2.      Bagi pembaca, yaitu sebagai media informasi tentang manusia sebagai makhluk hidup.


BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Manusia Dalam Perspektif Psikologi
                  
          Telah merupakan pendapat psikologi modern bahwa manusia selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya, adalah juga mkhluk yang mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan makhluk dunia lainnya. Oleh karena itu dalam mempelajari manusia kita harus mempunyai sudut pandang yang khusus pula. Kita tidak dapat menjadikan manusia hanya sebagai obyek seperti pandangan kaum materialis, tetapi kita juga tidak dapat mempelajari manusia hanya dari kesadarannya saja seperti pandangan kaum idealis. Manusia adalah obyek yang sekaligus juga subyek. E.Cassirer menyatakan bahwa manusia itu adalah “Makhluk Simbolis” dan Plato merumuskan : “Manusia harus dipelajari bukan dalam kehidupan pribadinya, tetapi dalam kehidupan sosial dan kehidupan politiknya. Sedangkan menurut faham filsafat eksistensialisme : “Manusia adalah eksistensi”. Manusia tidak hanya ada atau berada di dunia ini , tetapi ia secara aktif “mengada”.
          Manusia tidak semata-mata tunduk pada kodratnya dan secara pasif menerima keadaanya, tetapi ia selalu secara sadar dan aktif menjadikan ia sesuatu. Proses perkembangan manusia sebagian ditentukan oleh kehendaknya sendiri, berbeda dengan makhluk-makhluk yang lainnya yang sepenuhnya tergantung pada alam. Kebutuhan untuk terus menerus menjadi inilah yang khas manusiawi, dan karena itu pulalah manusia bisa berkarya, bisa mengatur dunia untuk kepentingannya, sehingga timbullah kebudayaan dalam segala bentuknya itu, yang tidak terdapat pada makhluk lainnya. Bentuk-bentuk kebudayaan ini antara lain adalah sistem perekonomian, kehidupan sosial dengan norma-normanya dan kehidupan politik.


2.2 Ciri-ciri Manusia sebagai Makhluk Hidup

a.       Tubuh Manusia

          Tubuh manusia merupakan keseluruhan struktur fisik manusia. Tubuh manusia terdiri atas kepala, leher, batang tubuh, sepasang lengan, dan sepasang kaki.
Tubuh manusia ditutupi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka.  Secara garis besar tubuh manusia dapat dibedakan atas:
1.      Kepala, terdiri dari : tengkorak, wajah, dan rahang bawah.
2.      Leher
3.      Batang tubuh, terdiri dari : dada, perut, punggung dan panggul.
4.      Anggota gerak atas, terdiri dari : - Sendi bahu - Lengan atas - Lengan bawah - Siku - Lengan bawah - Pergelangan tangan -        Tangan.
5.      Anggota gerak bawah, terdiri dari : - Sendi panggul - Tungkai atas (paha) - Lutut - Tungkai bawah - Pergelangan kaki - Kaki.

          Tinggi rata-rata tubuh manusia dewasa sekitar 1,6 m (5-6 kaki). Ukuran tubuh manusia biasanya ditentukan oleh gen. Jenis dan komposisi tubuh dipengaruhi oleh faktor pasca-kelahiran seperti diet dan        olahraga.
          Pada saat manusia mencapai kedewasaan, tubuh terdiri dari hampir 100.000.000.000 sel. Masing-masing    merupakan bagian sistem organ yang dirancang untuk melakukan fungsi kehidupan yang esensial. Sistem organ tubuh termasuk: kardiovaskular (peredaran darah), kekebalan tubuh, pencernaan, pernapasan, ekskresi, perkemihan, muskuloskeletal (otot dan rangka), saraf, endokrin, dan reproduksi.


b.      Ciri-ciri Manusia sebagai Mahluk Hidup


          Manusia dikatakan sebagai makhluk hidup atau organisme bernyawa karena memenuhi ciri-ciri sebagai berikut di bawah ini :
1.      Terdapat Protoplasma
       Protoplasma merupakan bagian terpenting dari sel yang terdiri atas kompleks sitoplasma beserta isinya         termasuk nukleus, yang terlindung dengan baik. Berbeda dengan benda tak hidup atau benda mati yang tidak memiliki protoplasma. Lihat saja batu atau computer  yang tidak memiliki protoplasma atau sel, sehingga disebut sebagai benda mati.

2.      Mempunyai Bentuk dan Ukuran
       Makhluk hidup dapat dikenali ciri khas yang ada padanya dengan melihat bentuknya. Antara jenis makhluk    hidup yang satu dengan yang lain memiliki perbedaan baik dalam ukuran maupun bentuknya. Seperti antara     manusia dengan kera, dengan jelas terlihat perbedaannya.

3. Melakukan Aktifitas-aktifitas Kehidupan :

a.      Makan

      Makanan (nutrisi) diperlukan oleh makhluk hidup sebagai sumber energi, untuk pertumbuhan dan mengganti sel-sel yang rusak. Setiap makhluk hidup mempunyai cara yang berbeda-beda dalam memperoleh makanan. Hewan dan manusia tidak dapat membuat makanan sendiri seperti tumbuhan, tetapi tergantung pada makhluk hidup lainnya. Makhluk hidup yang tidak dapat membuat makanan sendiri dinamakan heterotrof.

b.       Metabolisme
        Metabolisme merupakan modifikasi senyawa kimia secara biokimia di dalam organisme dan sel. Metabolisme mencakup sintesis atau penyusunan (anabolisme) dan penguraian (katabolisme) molekul organik kompleks. Metabolisme biasanya terdiri atas tahapan-tahapan yang melibatkan enzim. Tanpa metabolisme, makhluk hidup tidak dapat bertahan hidup.

            Katabolisme adalah reaksi pemecahan/pembongkaran senyawa kimia kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang mengandung energi lebih rendah. Fungsi reaksi katabolisme adalah untuk menyediakan energi dan komponen yang dibutuhkan oleh reaksi anabolisme. Respirasi atau bernapas merupakan reaksi katabolisme utama pada manusia. Pada saat bernapas, oksigen (O2) dihirup dan karbon dioksida (CO2) dihembuskan. Oksigen diperlukan untuk proses oksidasi zat makanan yang menghasilkan energi dan karbon dioksida. Energi berguna untuk menjalankan kegiatan hidup. Manusia dan hewan vertebrata di darat bernafas dengan paru-paru.
            Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa
sintesis atau penyusunan. Proses anabolisme memerlukan energi dalam bentuk Adenosin Tri Posfat (ATP) untuk menghasilkan molekul-molekul kompleks seperti protein, lipid, polisakarida, dan asam-asam nukleat. Anabolisme merupakan proses yang dibutuhkan tubuh kita untuk membangun otot.

c.       Tumbuh dan Berkembang


       Pertumbuhan adalah penambahan biomassa yang bersifat tidak dapat balik (irreversible). Penambahan biomassa ditandai dengan penambahan berat, panjang, volume, jumlah sel, dan lain-lain. Pertumbuhan pada makhluk hidup dapat dilihat dari perubahan ukurannya. Oleh karena itu, pertumbuhan dapat dinyatakan dalam ukuran panjang maupun berat. Ciri-ciri pertumbuhan antara lain sebagai berikut:
a.       Terjadi perubahan fisik dan perubahan ukuran
b.      Terjadi peningkatan jumlah sel (kuantitatif)
c.       Dapat dinyatakan dalam ukuran panjang maupun berat
d.      Dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal
e.       Bersifat terbatas, pada usia tertentu makhluk hidup sudah tidak tumbuh lagi.

            Selama pertumbuhan, makhluk hidup juga mengalami perkembangan. Perkembangan merupakan perubahan struktur dan fungsi yang bersifat spesifik. Perubahan struktur dan fungsi tersebut menyebabkan bagian-bagian penyusun tubuh bertambah lengkap, sempurna, dan kompleks. Adapun ciri-ciri perkembangan antara lain sebagai berikut:
a.       Terjadi peningkatan kualitatif individu
b.      Adanya proses kedewasaan
c.       Tidak dapat dinyatakan dalam ukuran jumlah, panjang, maupun berat
d.      Bersifat sistematis, progresif, dan berkesinambungan. Artinya proses perkembangan terus terjadi sampai makhluk hidup tersebut mati.

4. Reproduksi

             Makhluk hidup yang tidak mampu berkembangbiak menghasilkan keturunan akan punah dan musnah dimakan waktu. Oleh sebab itu makhluk hidup memiliki cara masing-masing untuk dapat memperbanyak diri untuk mempertahankan keberadaan jenisnya di dunia. Cara perkembangbiakkan makhluk hidup berbeda-beda. Manusia berkembang biak dengan melahirkan.
            Hewan berkembang biak antara lain dengan melahirkan, bertelur, bertelur-melahirkan, dan lain-lain.

1.      Melakukan Adaptasi

        Semua makhluk hidup perlu melakukan penyesuaian diri dengan fungsi tubuh dan lingkungan sekitar ekosistem, untuk dapat bertahan hidup dengan lebih baik dan mudah. Adaptasi pada mahluk hidup bermacam-macam, diantaranya adaptasi morfologis, tingkah laku, dan fisiologis. Contoh adaptasi fisiologi pada manusia, yaitu pada saat udara panas akan berkeringat, dan pada saat udara dingin akan mengeluarkan banyak urin.

2. Bergerak

       Bergerak adalah merupakan perubahan posisi atau pindah tempat, baik seluruh tubuh atau sebagian. Ada dua macam gerak pada mahluk hidup, yaitu gerak aktif dan gerak pasif. Gerak aktif adalah gerak berpindah tempat misalnya dengan kaki, sayap dan sirip. Gerak pasif misalnya ditunjukkan oleh tumbuhan. Tumbuhan umumnya tidak dapat berpindah tempat, tetapi menggerakkan sebagian tubuhnya. Pada vertebrata termasuk manusia, terdapat gerak aktif dengan alat gerak berupa otot, dan gerak pasif dengan alat gerak berupa tulang. Manusia dan hewan melakukan kegiatan dengan menggerakkan anggota tubuh untuk berbagai keperluan seperti berjalan, berlari, makan, menggaruk, berkedip, dan sebagainya.

3. Memiliki Sistem Transpor


        Transportasi di sini ialah proses pengedaran berbagai zat yang diperlukan ke seluruh tubuh dan pengambilan zat-zat yang tidak diperlukan untuk dikeluarkan dari tubuh. Alat transpor pada manusia terutama adalah darah. Di dalam tubuh, darah beredar dengan bantuan alat peredaran darah yaitu jantung dan pembuluh darah. Selain peredaran darah, pada manusia terdapat juga peredaran limfe (getah bening), yang diedarkan melalui pembuluh limfe.
a.      Peka terhadap Rangsang (iritabilitas)
       Kemampuan untuk bereaksi terhadap rangsangan dari lingkungan disebut dengan istilah iritabilita. Tumbuhan, hewan, dan manusia mempunyai kepekaan terhadap rangsang atau perubahan yang terjadi di sekitarnya. Sebagai contoh, manusia jika diberi bau yang merangsang akan menanggapi rangsang, misalnya bersin. Alat pengenal lingkungan pada manusia dan hewan berupa indera. Indera peka terhadap rangsang. Rangsang dapat berupa
cahaya, bunyi, bau, rasa atau sentuhan. Dengan adanya indera yang peka terhadap rangsang-rangsang tersebut, manusia dan hewan mempunyai kemampuan melihat, mendengar, mencium, mengecap rasa dan menyentuh/meraba.

b.      Memiliki Sistem Regulasi

        Pengertian sistem regulasi adalah sistem pengaturan yang ada di dalam tubuh makhluk hidup untuk dapat hidup seimbang, serasi dan selaras, yang diatur oleh syaraf dan hormon.

c. Ekskresi

            Ekskresi adalah proses pengeluaran sisa-sisa metabolisme tubuh. Dalam proses oksidasi makanan selain menghasilkan energi, tubuh organisme juga menghasilkan zat sisa yang harus dikeluarkan dari tubuh. Apabila zat sisa tersebut tidak dikeluarkan, akan membahayakan tubuh. Organ atau alat-alat ekskresi pada manusia yaitu paru-paru, hati, kulit, dan ginjal. Sebagai contoh, ginjal pada manusia berfungsi untuk menyaring darah dan mengeluarkan zat sisa yang disebut urin.

2.3 Sifat-sifat Manusia Sebagai Makhluk Hidup


1.      Ikatan-ikatan biologis
Sebagai kontras terhadap eksistensi manusia, maka manusia adalah makhluk biologis yang sampai pada batas-batas tertentu terikat pada kodrat alam. Manusia membutuhkan udara untuk bernafas, makanan dan minuman untuk mempertahankan hidupnya. Untuk memperkembangkan keturunannya, manusia memerlukan pula hubungan seksuil. Susunan syaraf, susunan tulang dan otot, peredaran darah, denyutan jantung, bekerjanya kelenjar-kelenjar dan sebagainya, semuanya sudah diatur secara tertentu dan tidak dapat lagi diubah. Meskipun khayalan kita bisa menembus dimensi ruang dan waktu, tetapi badan kasar kita selalu terikat pada ruang dan waktu.
Dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain, manusia adalah satu-satunya makhluk yang tidak dibekali alat-alat untuk bertahan dalam lingkungannya secara alamiah. Manusia tidak mempunyai bulu tebal untuk melawan dingin, manusia tidak dapat terbang, manusia tidak mempunyai kuku dan taring yang tajam. Semua ini menunjukkan betapa manusia sebagai makhluk biologis sangat lemah. Hanya tingkat kecerdasan yang tinggilah satu-satunya modal manusia untuk tetap bertahan dalam dunia ini.

2.     Makhluk adalah satuan hidup
         Meskipun tiap-tiap makhluk mempunyai bagian-bagian tubu, ada yang sederhana terdiri dari satu atau dua bagian, ada pula yang lebih sempurna terdiri dar ratusan bagian, namun bagian-bagian itu merupakan sebuah kesatuan yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Tiap-tiap bagian mempunyai fungsinya sendiri-sendiri dan fungsi-fungsi itu dikoordinasikan untuk makhluk yang bersangkutan beradaptasi terhadap lingkungannya dan bertahan dalam lingkungannya. Bagian-bagian tubuh itu kalau dilepaskan dari organisasi tubuh secara keseluruhan tidak dapat lagi berfungsi. Misalnya, kaki yang alat untuk berjalan. Khususnya pada manusia “jiwa”, kesadaran dan ketidaksadaran juga termasuk dalam satuan hidup tersebut.

3.      Sistem energi yang dinamis
      Sebagai makhluk hidup, manusia selalu membutuhkan energi untuk mempertahankan hidupnya, untuk mengembangkan keturunan, untuk tumbuh dan untuk menyelesaikan tugas-tugasnya.
      Karena kebutuhan akan energi itu,  manusia selalu membutuhkan eneergi dalam tubuhnya. Jumlah energi yang tersedia harus sesuai dengan yang yang diperlukan. Kalau manusia pada suatu saat demikian aktifnya sehingga membutuhkan energi yang melebihi persediaan yang ada, maka akan terjadi hambatan-hambatan dalam pelaksanaan aktivitas-aktivitas tersebut.

4.      Pertumbuhan yang mengikut pola tertentu.
      Pertumbuhan manusia sejak dalam kandungan sudah ditentukan polanya, dan tiap-tiap sel tubuh berkembang sesuai dengan garis perkembangannya masing-masing. Semuanya mengarah kepada suatu tujuan untuk menjadi makhluk manusia dengan organ-organnya yang tersusun secara harmonis. Demikianlah, meskipun pada hari-hari pertama dalam kandungan sel-sel janin nampaknya serupa saja semuanya (homogen), tetapi pada tingkat perkembangan selanjutnya sebagian dari sel-sel itu akan berkembang menjadi jantung, lainnya jadi otak, jadi tangan, kaki dan sebagainya, sehingga akhirnya terjadilah seorang manusia yang sempurna.

5.      Pengaruh proses pematangan terhadap tingkah laku
      Tingkah laku manusia tidak dapat dilepaskan dengan proses pematangan organ-organ tubuh. Seorang bayi misalnya, belum dapat duduk atau berjalan jika organ-organ tubuhnya (tulang punggung, kaki leher dan sebagainya) belum cukup kuat. Contoh klasik daripada proses pematangan anggota tubuh ini adalah anak burung yang sejak menetas  dari telurnya dikurung dalam sangkar. Pada suatu saat setelah beberapa lama ia dikurung itu, ia akan langsung terbang kalau sangkarnya dibuka, sekalipun ia tidak pernah belajar terbang sebelumnya.
      Pada manusia gejala ini nampak pada anak-anak suku Indian tertentu di Amerika yang selama masa bayinya terus-menerus diikat di punggung ibunya. Pada suatu saat bila organ-organ tubuhnya sudah cukup matang, ia  dapat langsung berjalan tanpa harus belajar dahulu.

2.4 Manusia sebagai Makhluk Sosial

  Di dalam kehidupannya, manusia tidak hidup dalam kesendirian. Manusia memiliki keinginan untuk bersosialisasi dengan sesamanya. Ini merupakan salah satu kodrat manusia adalah selalu ingin berhubungan dengan manusia lain. Hal ini menunjukkan kondisi yang interdependensi.
Di dalam kehidupan manusia selanjutnya, ia selalu hidup sebagai warga suatu kesatuan hidup, warga masyarakat, dan warga negara. Hidup dalam hubungan antaraksi dan interdependensi itu mengandung konsekuensi-konsekuensi sosial baik dalam arti positif maupun negatif. Keadaan positif dan negatif ini adalah perwujudan dari nilai-nilai sekaligus watak manusia bahkan pertentangan yang diakibatkan oleh interaksi antarindividu.
Tiap-tiap pribadi harus rela mengorbankan hak-hak pribadi demi kepentingan bersama Dalam rangka ini dikembangkanlah perbuatan yang luhur yang mencerminkan sikap dan suasana kekeluargaan dan kegotongroyongan. Pada zaman modern seperti saat ini manusia memerlukan pakaian yang tidak mungkin dibuat sendiri.

Tidak hanya terbatas pada segi badaniah saja, manusia juga mempunyai perasaaan emosional yang ingin diungkapkan kepada orang lain dan mendapat tanggapan emosional dari orang lain pula. Manusia memerlukan pengertian, kasih sayang, harga diri pengakuan, dan berbagai rasa emosional lainnya. Tanggapan emosional tersebut hanya dapat diperoleh apabila manusia berhubungan dan berinteraksi dengan orang lain dalam suatu tatanan kehidupan bermasyarakat.
Dalam berhubungan dan berinteraksi, manusia memiliki sifat yang khas yang dapat menjadikannya lebih baik. Kegiatan mendidik merupakan salah satu sifat yang khas yang dimiliki oleh manusia. Imanuel Kant mengatakan, "Manusia hanya dapat menjadi manusia karena pendidikan". Jadi jika manusia tidak dididik maka ia tidak akan menjadi manusia dalam arti yang sebenarnya. Hal ini telah terkenal luas dan dibenarkan oleh hasil penelitian terhadap anak terlantar. Hal tersebut memberi penekanan bahwa pendidikan memberikan kontribusi bagi pembentukan pribadi seseorang.
Dengan demikian manusia sebagai makhluk sosial berarti bahwa disamping manusia hidup bersama demi memenuhi kebutuhan jasmaniah, manusia juga hidup bersama dalam memenuhi kebutuhan rohani

BAB III
PENUTUP


3.1 Kesimpulan

          Manusia selain merupakan makhluk biologis yang sama dengan makhluk hidup lainnya, adalah juga mkhluk yang mempunyai sifat-sifat tersendiri yang berbeda dengan makhluk dunia lainnya.
          Tanpa bantuan manusia lainnya, manusia tidak mungkin bisa berjalan dengan tegak. Dengan bantuan orang lain, manusia bisa menggunakan tangan, bisa berkomunikasi atau bicara, dan bisa mengembangkan seluruh potensi kemanusiaannya.
            Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat.  Dengan  akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya.   Manusia  mempunyai ciri khas, ia selalu ingin tahu, dan setelah memperoleh pengetahuan tentang sesuatu , maka segera kepuasannya disusul lagi dengan  kecendrungan  untuk lebih ingin tahu lagi.
Sebagai makhluk berfikir, manusia dibekali hasrat selalu ingin tahu, tentang benda- benda yang ada dan peristiwa-peristiwa yang terjadi disekelilingnya, termasuk ingin tahu tentang dirinya.  Adanya   dorongan rasa ingin tahun dan usaha untuk memahami dan memecahkan  berbagai masalah yang dihadapi, akhirnya manusia dapat mengumpulkan pengetahuan. 

3.2 Saran

          Sebagai makhluk yang diberi kelebihan oles sang Pencipta, hendaknya kita dapat memanfaatkan sebagik-baiknya anugerah yang diberi oleh-Nya.
            Manusia berbeda dengan makhluk hidup lainnya karena manusia mempunyai akal budi dan kemauan yang kuat.  Dengan  akal budi dan kemauan yang kuat, manusia dapat menjadi makhluk yang lebih dari makhluk lainnya.  


DAFTAR PUSTAKA

Ariska, I. (2013). Manusia sebagai Makhluk Individu dan Makhluk Sosial. [Online]. Tersedia: (http://iraars-meandmyself.blogspot.com /2012/03/manusia-sebagai-mahluk-individu-dan.html). diakses pada 15 Januari 2014
Effendi, R. dan Setiadi, E.M. (2010). Pendidikan Lingkungan, Sosial, Budaya dan Teknologi. Bandung: UPI Press.
Kappara. (). Pengertian Sosial dan Politik. [Online]. Tersedia: (http://id.shvoong.com/law-and-politics/politics/2234715-pengertian-sosial-dan-politik/#ixzz2KfDPhVhf) diakses pada 15 Januari 2014
Sadulloh, U. (2003). Pengantar Filsafal Pendidikan. Bandung: Alfabeta.