Pengaruh Televisi Terhadap Anak-Anak
Televisi atau TV adalah barang yang
sangat mudah sekali kita jumpai di setiap rumah. Mulai dari rumah-rumah di
perkotaan sampai dengan rumah-rumah di pedesaan bahkan di pelosok-pelosok.
Tidak sampai di situ saja, namun TV sudah banyak juga TV yang telah kita jumpai
di kamar-kamar anak-anak kita da di berbagai tempat-tempat umum. Hal ini
terjadi karena media TV adalah media massa yang sangat murah sekaligus enak
untuk dinikmati. Di sana ada berbagai program yang disajikan, mulai dari berita
di tingkat daerah, di seluruh Indonesia, sampai di manca negara, berbagai
hiburan anak, berbagai kuis, berbagai informasi masak-memasak, berbagai hiburan
musik, berbagai sinetron orang dewasa sampai dengan gosip seputar artis ada di sana.
Sehingga semua tayangan kesayangan anak-anak, remaja sampai orang tua pun dapat
dinikmati di sana.
Melihat respon positif dari masyarakat
ini pun membuat para pengelola stasiun TV berlomba-lomba untuk menghadirkan
program-program yang semenarik mungkin dan adanya penambahan jam tayang.
Masyarakat pun akhirnya semakin terbuai dengan tayangan-tayangan atau
program-program yang ada. Semua orang pun sekarang semakin menyayangi TV baik
orang tua maupun anak-anak.
Tetapi kenyataan yang terjadi di
masyarakat justru sebaliknya, karena kegemaran para orang tua terhadap TV ini
pun orang tua sepakat-sepakat saja terhadap kegemaran anak-anak menonton TV.
Bahkan tidak sedikit orang tua yang justru mengajari anak-anaknya untuk gemar
nonton TV. Sejak masih bayi anak-anak sudah dikenalkan dan dibiasakan untuk
nonton TV. Sungguh miris…
Perlu dipahami bahwa tidak setiap
program atau tayangan di TV baik untuk kita maupun anak kita. Bahkan sebagian
besar sangat berdampak buruk bagi anak kita, walaupun ada segi positif yang diperoleh
dari sana, namun hanya sedikit sekali dan tidak sebanding dengan dampak negatif
yang mereka dapatkan. Perlu kita waspadai jika kita melihat anak kita gemar
nonton TV.
TIDAK hanya obesitas atau
berat badan yang berlebihan, ternyata TV juga memberikan pengaruh yang lebih
buruk terhadap kesehatan anak-anak. Penelitian baru menemukan bahwa kebiasaan
menonton TV pada anak ternyata juga dapat menyebabkan tekanan darah yang tinggi
yang nantinya memperbesar resiko penyakit jantung ketika mereka dewasa.
Menurut penelitian yang merupakan
kerja antara para peneliti Amerika dan Spanyol ini, anak-anak yang memiliki
kebiasaan menonton TV selama 90 sampai 330 menit sehari ternyata memiliki
tekanan darah sistol dan diastol 5 sampai 7 poin lebih tinggi dibandingkan
dengan anak-anak yang hanya menonton TV kurang dari 1,5 jam sehari. Anak-anak
dalam penelitian ini rata-rata berusia 3 sampai 8 tahun.
American Academy of Pediatrics sendiri
sebelumnya telah merekomendasikan bahwa anak-anak yang berusia di bawah 2 tahun
seharusnya tidak boleh menonton TV sama sekali, sementara itu bagi anak-anak
berusia di atasnya hanya dianjurkan untuk menonton TV selama 1 sampai 2 jam
sehari, seperti dikutip news yahoo belum lama ini.
Jadi, kenapa menonton TV dapat
meningkatkan tekanan darah anak-anak?
Sang peneliti mencoba memberikan
beberapa penjelasan, diantaranya kebiasaan menonton TV sering diikuti dengan
menikmati cemilan yang tidak sehat terutama yang mengandung banyak garam yang
dapat meningkatkan tekanan darah. Dan biasanya makanan-makanan ini dapat habis
dalam waktu yang lebih cepat ketika dilakukan sambil menonton TV.
Selain itu, kebiasaan menonton TV yang
dilakukan dengan waktu tidur dapat membuat pikiran anak tetap terstimulasi,
cukup untuk membuat mereka terjaga dan kehilangan waktu tidurnya yang berharga
sebanyak beberapa jam. Menurut penelitian terdahulu, pemotongan terhadap waktu
tidur yang baik dapat mengarah kepada meningkatnya berat badan dan resiko
hipertensi, karena metabolisme tubuh tidak memiliki cukup kesempatan untuk
bekerja memperbaiki diri.
Isi dari tayangan TV juga memiliki
pengaruh buruk jangka panjang terhadap kesehatan anak. Di usia di mana
anak sedang membentuk kebiasaan pola makan mereka, iklan-iklan TV yang
kebanyakan menayangkan makanan yang tidak sehat dapat berpengaruh besar
terhadap pola makan mereka dan akan melekat dalam pikiran mereka sampai
beranjak dewasa.
Adapun dampak-dampak buruk nonton TV bagi anak
kita diantaranya:
1. Berpengaruh terhadap
perkembangan otak
Terhadap perkembangan otak anak usia
0-3 tahun dapat menimbulkan gangguan perkembangan bicara, menghambat kemampuan
membaca-verbal maupun pemahaman.
2. Mengurangi kreativitas
Dengan kebiasaan nonton TV ini
anak-anak terbiasa menikmati program kesayangan mereka, yang mengakibatkan
kurang melakukan aktivitas-aktivitas yang lain. Aktivitas mereka cenderung
monoton nonton TV saja. Hal ini yang mengakibatkan kreativitas mereka
berkurang. Daya imajinasi dan nalar mereka akan terbatasi.
3. Mengurangi konsentrasi
Program-program bagi anak yang ada
semuanya telah ter jeda-jeda dengan iklan inilah yang mengakibatkan konsentrasi
anak berkurang. Mereka cenderung konsentrasi sekitar 10 menit karena terbiasa
dengan menonton program yang berjeda dari iklan-iklan tersebut.
4. Mengurangi motivasi belajar
Anak-anak yang keasyikan nonton TV
cenderung meremehkan dan kurang semangat untuk belajar. Karena mereka terlanjur
suka dengan program kesayangan mereka, sehingga enggan untuk meninggalkannya
walaupun esok harinya mereka harus menghadapi tes atau ulangan. Bahkan sebagian
anak sering bergadang untuk menonton program kesayangan mereka.
5. Berpengaruh terhadap sikap
Program-program yang ditayangkan ini
menampilkan tokoh-tokoh yang protagonis dan antagonis. Tetapi seringnya yang
diserap oleh anak-anak dan ditiru oleh mereka adalah tokoh-tokoh protagonisnya.
Selanjutnya mereka menerapkannya di lingkungan keluarga atau pergaulan mereka.
Dan hal ini jika dilanjutkan terus akan terbawa sampai mereka dewasa.
6. Mendorong anak menjadi
konsumtif
Dengan berbagai iklan yang disuguhkan
di layar TV ini mengakibatkan anak-anak berperilaku komsumtif. Karena
iklan-iklan yang tersaji sangat meyakinkan dan menggiurkan. Ini sangatlah
kurang baik bagi anak-anak, karena hal ini akan terbawa sampai mereka dewasa
yang mengakibatkan mereka kurang berpeluang untuk menjadi produsen alias
wirausaha. Bahkan sangat berpengaruh bagi masyarakat Indonesia seluruhnya yang
cenderung untuk komsumtif.
7. Melatih untuk malas dan
enggan
Dengan produk-produk iklan yang serba
instan dan banyaknya waktu mereka yang dihabiskan di depan TV ini membuat mereka
untuk menjadi manusia yang praktis. Praktis untuk melakukan segala sesuatu
dengan instan sehingga mereka cenderung malas dan enggan untuk melakukan
aktivitas.
8. Membentuk pola pikir yang
praktis
Terlalu sering menonton TV dan tidak
pernah membaca menyebabkan anak akan memiliki pola pikir sederhana, kurang
kritis, linier atau searah dan pada akhirnya akan mempengaruhi imajinasi,
intelektualitas, kreativitas dan perkembangan kognitifnya.
9. Matang secara seksual yang
lebih cepat
Banyak sekali sekarang tontonan dengan
adegan seksual ditayangkan pada waktu anak menonton TV sehingga anak mau tidak
mau menyaksikan hal-hal yang tidak pantas baginya. Bahkan tidak sedikit pula
adegan seksual atau semi porno yang ditayangkan di program atau acara hiburan
anak-anak. Dengan gizi yang bagus dan rangsangan TV yang tidak pantas untuk
usia anak, anak menjadi balig atau matang secara seksual lebih cepat dari seharusnya.
Dan sayangnya, dengan rasa ingin tahu anak yang tinggi, mereka memiliki
kecenderungan meniru dan mencoba melakukan apa yang mereka lihat. Akibatnya
seperti yang sering kita lihat sekarang ini, anak menjadi pelaku dan sekaligus
korban perilaku-perilaku seksual. Persaingan bisnis yang semakin ketat antar
Media, sehingga mereka sering mengabaikan tanggung jawab sosial, moral &
etika.
10. Tidak baik buat kesehatan
Terlalu banyak nonton Tv ini membuat
anak untuk enggan berolahraga, karena waktu senggang yang seharusnya bisa
digunakan untuk olahraga diisi dengan menonton TV. Kebiasaan mereka duduk
atau pun berbaring terlalu lama yang tidak diimbangi dengan olahraga ini juga
akan menurunkan metabolisme yang berakibat pada kesehatan tubuh. Selain itu kebiasaan
menonton TV dengan jarak yang terlalu dekat ini pun juga akan merusak mata.
Dengan berbagai dampak buruk bagi anak
kita tersebut seharusnya membuat kita semakin waspada dan berhati-hati terhadap
TV.
Televisi hadir sebagai sarana untuk
hubungan dan komunikasi antar manusia. Sebenarnya televisi memiliki beberapa
fungsi, yaitu :
1) Fungsi rekreatif
Pada dasarnya fungsi televisi adalah
memberikan hiburan yang sehat kepada pemirsanya, karena manusia adalah makhluk
yang membutuhkan hiburan.
2) Fungsi educatif
Selain untuk menghibur, televisi
juga berperan memberikan pengetahuan kepada pemirsanya lewat tayangan yang
ditampilkan.
3) Fungsi informative
Televisi dapat mengerutkan dunia dan
menyebarkan berita sangat cepat. Dengan adanya media televisi manusia memperoleh
kesempatan untuk memperoleh informasi yang lebih baik tentang apa yang terjadi
di daerah lain. Dengan menonton televisi akan menambahkan wawasan.
Ironisnya kini yang sering kita
jumpai, acara-acara televisi lebih mementingkan pada fungsi informatif dan
rekreatif saja, sedangkan fungsi educatif yang merupakan fungsi yang sangat
penting untuk disampaikan sangat jarang ditemui.
Anak-anak dan televisi adalah dua
komponen yang susah dipisahkan. Mereka adalah perpaduan yang sangat kuat. Tak
banyak hal lain dalam kebudayaan manusia yang mampu menandingi kemampuan
televisi dalam menyentuh anak-anak dan mempengaruhi cara berpikir serta
perilaku mereka.
Begitu pula minat mereka dengan
televisi. Mereka menganggap televisi lebih menyenangkan dari pada belajar dan
mendengarkan nasehat orang tua. Mereka merasa terlayani dengan adanya televisi.
Dengan adanya televisi anak-anak akan melupakan kesulitannya, dengan adanya
televisi mereka gunakan untuk mengisi waktu, mempelajari sesuatu, memberikan
rangsangan, bersantai, mencari persahabatan dan sekedar kebiasaan. Kebiasaan
menonton televisi bagi anak sebenarnya kurang baik. Banyak sekali tayangan yang
disajikan oleh stasiun televisi yang tidak mendidik. Bahkan tak jarang ditemui
acara-acara yang berbahaya bagi anak. Sering sekali ditayangkan dalam televisi
acara yang berbau kekerasan, adegan pacaran yang mestinya belum pantas ditonton
oleh anak, tidak hormat kepada orang tua, gaya hidup yang hura-hura.
Konflik dengan orang tua,
perkelahian sesama anak, dan kejahatan remaja ternyata erat hubungannya dengan
jumlah jam menonton televisi. Bagi anak yang sejak usia dini telah menonton
tayangan mistis, kelak akan tumbuh menjadi orang yang penakut dan dan ia akan
mengambil keputusan berdasarkan emosi. Menonton televisi juga dapat mengurangi
kemampuannya untuk menyenangkan diri sendiri dan melumpuhkan kemampuannya untuk
mengemukakan pendapatnya secara logis dan sensitif.
Di bawah ini
dicantumkan data mengenai fakta tentang pertelevisian Indonesia :
1. tahun 2002 jam
tonton televisi anak-anak 30-35 jam/hari atau 1.560 – 1.820 jam/tahun,
sedangkan jam belajar SD umumnya kurang dari 1.000jam/tahun.
2. 85% acara
televisi tidak aman untuk anak, karena banyak mengandung adegan kekerasan, seks
dan mistis yang berlebihan dan terbuka.
3. saat ini ada
800 judul acara anak, dengan 300 kali tayang selama 170jam/minggu padahal satu
minggu hanya ada 24 jam X 7 hari = 168 jam.
4. 40 % waktu
tayang diisi iklan yang jumlahnya 1.200 iklan/minggu, jauh di atas rata-rata
dunia 561 iklan/minggu.
Berdasarkan
data di atas, dapat dibayangkan apabila anak-anak yang merupakan aset-aset
bangsa yang akan meneruskan perjuangan bangsa ini serta yang akan memajukan
bangsa ini, sejak kecil telah terbiasa dengan hal yang tidak bermanfaat, maka negara
ini yang sudah tertinggal dan terpuruk ini akan semakin terpuruk dan tertinggal
dan akhirnya akan menjadi negara yang akan dilecehkan oleh negara lain. Inilah
fakta yang bukan hanya untuk kita perhatikan tetapi perlu dilakukan tindakan
nyata untuk mengantisipasinya. Yang pastinya diperlukan satu-kesatuan tekat
dalam setiap diri orang tua dan anggota masyarakat untuk bisa mengatisipasi
dampak yang akan terjadi serta bisa menjadi kontrol bagi pihak penyiar televisi
terhadap acara-acara yang ditayangkan oleh setiap stasiun televisi.
Jika kita kaji
lebih jauh, dampak negatif dari menonton televisi berlebihan yaitu:
- Anak 0–4 tahun, menggangu pertumbuhan otak, menghambat pertumbuhan berbicara, kemampuan herbal membaca maupun maupun memahaminya, menghambat anak dalam mengekspresikan pikiran melalui tulisan.
- Anak 5-10 tahun, meningkatkan agresivitas dan tindak kekerasan, tidak mampu membedakan antara realitas dan khayalan. Anak kecil belum mampu membedakan dunia yang ia lihat di TV dengan kenyataan yang sebenarnya. Seorang anak kecil belum dapat mengenal dan mengetahui apakah itu acting, efek film, atau tipuan kamera. Bagi mereka, dunia di luar rumah adalah dunia seperti yang mereka lihat di televisi.
- Berperilaku konsumtif karena rayuan iklan. Iklan merupakan salah satu bentuk promosi untuk menawarkan produk kepada masyarakat. Sekarang ini semakin banyak iklan yang menawarkan berbagai produk dari mainan anak, jajanan, minuman, dan sebagainya. Iklan-iklan tersebut memberikan janji yang sangat menarik bagi sebagian besar anak. Sehingga anak selalu berusaha memiliki produk yang ditawarkan oleh iklan tersebut.
- Mengurangi kreativitas, kurang bermain dan bersosialisasi, menjadi manusia individualis dan sendiri. Saat menonton televisi, anak kurang beraktivitas, hanya duduk di depan televisi dan melihat apa yang ditayangkan televisi. Baik secara fisik maupun mental, anak menjadi pasif. Kemampuan berpikir dan kreativitas anak tidak terasah, karena ia tidak perlu membayangkan atau berimajinasi layaknya ketika ia sedang membaca buku atau mendengar musik. Kecanduan menonton TV akan bermasalah ketika ini mengakibatkan anak menjadi tidak bermain ke luar rumah dengan lingkungan sekitar. Ia menjadi tidak bersosialisasi da dunianya tidak bertambah luas.
- Televisi menjadi pelarian dari setiap keborosan yang dialami, seolah tidak ada pilihan lain.
- Meningkatkan kemungkinan obesitas (kegemukan) kaena kurang berkreativitas dan berolahraga. Menonton televisi kebanyakn merupakan kegiatan yang pasif dimana anak hanya duduk, melihat dan mendengarkan. Hal ini tidak menutup kemungkinan anak dapat menjadi gemuk karena mereka biasanya menonton televisi disertai dengan makan cemilan.
- Merenggangkan hubungan antar anggota keluarga, waktu berkumpul dan bercengkrama dengan anggota keluarga tergantikan dengan nonton TV, yang cenderung berdiam diri karena asyik dengan jalan pikiran masing-masing
- Matang secara seksual lebih cepat. Asupan gizi yang bagus, adegan seks yang sering dilihat menjadikan anak lebih cepat matang secara seksual, ditambah rasa ingin tahu pada anak dan keinginan untuk mencoba adegan di TV semakin menjerumuskan anak.
- Penambahan kosakata pada anak. Anak cenderung meniru adegan atau ucapan yang sering mereka jumpai di televisi. Padahal saat ini banyak sekali bahasa dan umpatan yang tidak disensor dan ditirukan oleh anak. Ironisnya, bahasa dalam film atau sinetron malah dijadikan trend.
Saat ini, anak
bukan hanya menjadi penikmat televisi, tetapi juga menjadi pemeran dalam
tayangan di televisi. Marak sekali film atau sinetron yang menjadikan seorang
anak kecil menjadi pemeran utama. Anak kecil yang seharusnya masih
bermanja-manja pada orang tua dan bermain malah dipaksa untuk berakting siang
malam. Banyak kata-kata dan adegan-adegan yang seharusnya belum dapat
diterapkan kepada anak usia tersebut. Hal ini sangat berpengaruh pada
perkembangan anak di kemudian hari.
Upaya yang
Harus Dilakukan untuk Meminimalisasi Adanya Pengaruh Buruk Media Televisi
terhadap Perkembangan Anak
Orang tua adalah sosok yang sangat
penting dalam perkembangan anak. Orang tua adalah guru terpenting bagi
anak-anak. Mereka harus mampu memberikan yang terbaik untuk anaknya. Hal
sekecil apapun harus diantisipasi oleh orang tua mengenai dampak positif dan
negatif yang dapat diterima anak. Begitu juga dengan adanya televisi yang bukan
hanya memberikan dampak positif, namun juga dampak negatif. Untuk menghindari
dampak negatif dari televisi bukan dengan cara membuang dan menjauhkan anak
dari televisi. Hanya saja perlu pengontrolan dari orang tua sebagai orang yang
paling dekat dengan anak. Sebagaimana kata Kahlil Gibran kalau orang tua itu
adalah busur dari anak panah kehidupan putra-putrinya untuk melesat ke masa
depan. Karena anak-anak juga mendambakan kehidupannya sendiri.
Ada beberapa cara yang dapat
dilakukan untuk mengantisipasi pengaruh buruk media televisi terhadap
perkembangan anak, khususnya yang harus diperhatikan oleh orang tua, antara
lain :
- Orang tua harus dapat memilih acara yang sesuai dengan usia anak. Jangan biarkan anak menonton acara yang tidak sesuai dengan usianya. Walaupun ada acara yang memang untuk anak-anak, perhatikan dan analisa apakah sesuai dengan anak-anak. Maksudnya tidak ada unsur kekerasan atau hal lain yang tidak sesuai dengan usia mereka.
- Orang tua sebaiknya mendampingi anak saat menonton televisi. Tujuannya adalah agar acara televisi yang ditonton oleh anak dapat terkontrol dan orangtua dapat memperhatikan apakah acara tersebut layak ditonton atau tidak. Orangtua juga dapat mengajak anak membahas apa yang ada di televisi dan membuatnya mengerti bahwa apa yang ada di televisi tidak tentu sama dengan kehidupan yang sebenarnya.
- Orang tua harus mengetahui acara favorit anak dan bantu anak memahami pantas tidaknya cara tersebut mereka tonton , ajak mereka menilai karakter dalam acar tersebut secara bijaksana dan positif.
- Orangtua sebaiknya tidak meletakkan televisi di kamar anak. Selain untuk mempermudah orangtua mengontrol tontonan anak, juga tidak membuat aktivitas yang seharusnya dilakukan di kamar seperti tidur dan belajar menjadi terganggu dan beralih ke televisi.
- Ajak anak untuk melakukan banyak aktivitas lain selain hanya menonton televisi. Orangtua dapat mengajak anak keluar rumah untuk menikmati alam dan lingkungan, bersosialisasi secara positif dengan orang lain. Orang tua juga dapat memperkenalkan dan mengajarkannya suatu hobi baru.
- Ajari anak untuk memperbanyak membaca buku yang bermanfaat. Letakkan buku di tempat yang mudah dijangkau anak, ajak anak ke toko buku atau perpustakaan.
- Perbanyak anak mendengar radio atau mendengar musik sebagai pengganti menonton televisi.
- Periksalah jadwal acara televisi, sehingga orangtua dapat mengatur acara apa yang akan ditonton bersama anak. Dengan mencari dan melihat resensi atau ulasan mengenai film atau acara tersebut orangtua akan tahu garis besar isi acara tersebut sehingga dapat menentukan pantas tidak acara tersebut disaksikan.
- Orangtua harus membiasakan anak tidak menonton televisi di hari-hari sekolah. Ini dimaksudkan untuk menghindari kurangnya waktu belajar anak karena terlalu banyak menonton acara televisi. Di sini orangtua harus memberi contoh dengan tidak banyak menonton televisi. Jika anak melihat orangtuanya sering menonton televisi sedangkan ia tidak diperkenankan tentu anak akan menganggap itu tidak adil.
- Orangtua harus membekali anak dengan pendidikan yang mengandung nilai-nilai agama yang harus selalu diterapkan dan ditumbuhkan di rumah dengan cara mengikutsertakan anak ke suatu pendidikan keagamaan di luar jam sekolah, agar anak-anak mampu berpikir jernih, punya rencana dan masa depan yang baik.
terima kasih atas info nya ya
BalasHapusterima kasih atas info nya ya
BalasHapuska boleh minta sumbernya dari mana?
BalasHapus